Batuan
gunungapi dan pembagiannya
Aliran
lava adalah skoriaan, berbongkah, berbentuk seperti tali (ropy lava), penggunaan kata batuan di dalam batuan gunungapi ini
diartikan secara luas, yaitu bahan hasil dari aktivitas gunungapi baik secara
langsung maupun tidak, mulai dari bahan lepas (loose material) sampai
dengan yang sudah membatu (lithified
material) (Bronto, 2004). Pengertian langsung dimaksudkan bahwa bahan
erupsi gunungapi itu setelah mendingin/mengendap kemudian membatu di tempat itu
juga. Sedangkan pengertian tidak langsung menunjukan bahwa endapan/batuan
gunungapi tersebut sudah mengalami pengerjaan ulang atau deformasi, baik oleh
aktivitas vulkanisme muda, proses-proses sedimentasi kembali, maupun aktivitas
tektonik (Bronto, 2004). Berhubungan mempunyai kesamaan tekstur, batuan beku
intrusi dangkal dan batuan beku luar dipandang sebagai hasil kegiatan vulkanisme
berupa lava koheren. Sedangkan hasil erupsi secara letusan selalu bertekstur
klastika sehingga dimasukan ke dalam kelompok batuan klastika gunungapi
(Bronto, 2004).
Menurut
Cas dan Wright (1987); McPhie, dkk. (1993) dan Bronto (2004). Batuan gunungapi
dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu lava koheren (coherent lavas) dan batuan klastika gunungapi (vulcanicclastic roks). Mengenai struktur batuan gunungapi, untuk
lava koheren mengikuti hukum-hukum yang berlaku di dalam batuan beku, seperti
halnya struktur masif, berlubang/berongga (vesicles),
segregasi, konsentris, aliran dan reakahan radier yang mencerminkan proses
pendinginan. Pembentukan struktur di dalam endapan/batuan bertekstur klastika
(misalnya piroklastika dan epiklastika) lebih mengikuti hukum batuan sedimen
(proses pengendapan), misalnya struktur perlapisan/laminasi, silang-siur,
perlapisan, melensa, membaji, antidunes
dan lain-lain.
Itulah
sebabnya batuan gunungapi sebaiknya tidak dipaksakan untuk masuk ke dalam jenis
batuan beku atau batuan sedimen tetapi lebih baik dipandang sebagai kelompok
batuan tersendiri yang berada didaerah transisi antara kedua jenis batuan utama
tersebut (Bronto, 2004).
A.
Lava
koheren
Letusan
gunungapi yang tidak meledak atau meleler saja akan menghasilkan batuan
gunungapi berupa lava. Istilah lava diperuntukkan bagi magma yang telah
berhasil mencapai permukaan bumi. Melalui retakan kulit bumi atau pipa kepundan
gunungapi, magma yang berasal dari kedalaman bergerak keatas karena adanya
dorongan gas yang terlarut dalam cairan magma tersebut. Sehingga fungsi dari
gas adalah sebagai penggerak magma. Terbentuknya lava terutama dikontrol oleh
viskositas, kecepatan efusi dan keadaan lingkungan pengendapan (darat/laut). Lava
yang encer memilki viskositas dan kandungan silika yang rendah, sedangkan lava
yang kental memiliki viskositas dan kandungan silika yang tinggi.
O.
Hirokawa (1980) mendefinisikan lava sebagai suatu magma cair yang dikeluarkan
dari dalam bumi, maupun batuan yang berasal dari pembekuannya Lava basalan mempunyai
suhu antara 1.100o- 1.200oC, relatif lebih tinggi dari
suhu lava andesitan atau dasitan yang berkisar antara 900o – 1.000oC.
Viskositas lava yang menyertai suatu letusan gnungapi, khususnya lava basalan,
adalah sekitar 102 – 103 poise. Dan di dalam suatu kolom
lava bagian bawah umumnya terdiri dari lava basalan yang berwarna gelap, yang
semakin ke atas semakin berwarna terang dan teridiri dari lava dasitan atau riolitan.
Lava
koheren pada hakekatnya adalah batuan beku, yaitu magma yang membeku di dekat
permukaan (batuan beku intrusi dangkal) dan magma yang membeku di permukaan
(batuan beku luar).
Pembukaan
magma di dekat permukaan ini dimungkinkan karena (Bronto, 2004):
1. Magma
sudah mengkristal terlebih dahulu sebelum pergerakannya mencapai ke permukaan
bumi.
2. Tidak
semua magma keluar ke permukaan bumi sewaktu gunungapi bererupsi atau meletus,
tetapi juga tidak kembali ke dapurnya jauh di dalam bumi setelah erupsi
gunungapi berhenti. Sebagian magma itu tersisa dan membeku di sepanjang
perjalanan dari dapur magma ke permukaan bumi yang dalam hal ini adalah kawah
atau kaldera gunungapi. Kelompok batuan sub-gunungapi ini antara lain membentuk
retas, sill, leher kubah gunungapi atau kubah bawah permukaan. Magma yang
membeku di pipa kepundan sehingga bagian atasnya menyembul ke permukaan disebut
leher gunungapi atau sumbat lava.
Retas
merupakan terobosan batuan beku, yang dicirikan oleh beberapa kenampakan
(Bronto, 2004), antara lain:
1. Bentuk
terobosan berupa memanjang serta memotong batuan yang diterobosnya
2. Efek
kontak dikedua sisi retas terhadap batuan yang diterobos mungkin mengalami efek
bakar atau bagian tepi retas yang mengalami oksidasi, kedua sisi umumnya
berwarna merah coklat atau merah bata, sangat tergantung tingginya temperatur
magma saat menerobos, jenis batuan yang diterobos dan oksigen yang
dikandungnya.
3. Dari
bagian tengah menuju ke tepi retas secara berangsur semakin bertekstur gelas.
Hal ini semakin nyata pada tubuh retas yang cukup tebal. Pada kontak dapat pula
terbentuk breksi akibat proses pendinginan sangat cepat sehingga menimbulkan
perekahan yang kemudian terisi oleh cairan magma dari bagian tengah retas atau
masuknya batuan samping kedalam cairan magma retas.
4. Terdapat
struktur paralel secara vertikal di bagian tepi tubuh retas sebagai akibat
segregasi dan tingkat kristalisasi yang berbeda selama pendinginan, pada bagian
tepi lebih cepat mendingin daripada bagian dalam. Struktur kekar yang memotong
tegaklurus retas biasanya juga dapat dijumpai. Bila terbentuk struktur aliran
dapat pula ditunjukan oleh penjajaran fenokris atau bentuk struktur aliran
lainnya.
5. Komposisi
retas bagian tengah lebih banyak kristal sedangkan ke arah tepi semakin banyak
gelas gunung api. Alterasi dan mineralisasi mungkin dapat terjadi dibagian tepi
dari retas tersebut.
Sill atau kubah lava permukaan merupakan terobosan
batuan beku yang dicirikan oleh beberapa kenampakan (Bronto, 2004), antara
lain:
1.
Bentuk terobosan
pipih atau cembung menyisip secara selaras diantara perlapisan batuan. Bentuk
ini sangat tergantung pada kemampuan magma mendesak perlapisan batuan di
atasnya sehingga terlipat ke arah atas seperti struktur antiklin. Jika hal ini
terjadi sangat dekat dengan permukaan dan di lereng kerucut gunung api maka
bagian itu akan mengalami penggembungan. Namun dalam beberapa hal, bentuk
intrusi dangkal ini bisa saja tidak beraturan.
2.
Efek kontak mirip
seperti yang terjadi pada retas, hanya letaknya ada di bawah atau di atas tubuh
sill.
3.
Semakin kebagian
tepi, tubuh sill semakin bertekstur halus atau gelas dan di beberapa bagian
membentuk breksi autoklastika.
4.
Struktur segregasi
berbentuk konsentris, kelopak atau struktur kulit bawang. Struktur rekahan
mungkin dijumpai di bagian permukaan dengan pola radier.
5.
Tingkat kristalinitas
semakin tinggi menuju ke bagian tengah tubuh sill. Dengan kata lain komposisi
gelas semakin banyak menuju ke tepi tubuh sill.
Leher gunungapi dan sumbat lava dicirikan oleh
beberapa kenampakan (Bronto, 2004), antara lain:
1.
Bentuk terobosan
seperti pipa, kedudukan memotong bidang perlapisan batuan sekelilingnya
2.
Efek kontak terhadap
batuan di sekitarnya terjadi di sekeliling tubuh terobosan
3.
Ke arah bagian tepi
tubuh akan semakin bertekstur gelas atau membentuk breksi autoklastika
4.
Struktur segregasi
berarah paralel vertikal pada pandangan dari samping, tetapi menjadi konsentris
pada arah pandangan atas. Struktur lubang dijumpai terutama di bagian atas
tubuh intrusi
5.
Secara umum komposisi
banyak tersusun oleh gelas karena ukurannya yang relatif kecil
6.
Berhubungan terjadi
dekat di bawah atau bahkan di dalam kawah atau kaldera gunungapi, biasanya
batuan di sekitarnya telah mengalami alterasi hidrothermal.
Kubah lava (lava
dome) dicirikan oleh beberapa kenampakan (Bronto, 2004), antara lain:
1.
Bentuk ideal seperti
kubah (stengah bola membundar kearah atas), walaupun kenyataannya dapat tidak
teratur, tetapi yang terpenting adalah menumpuk didalam kawah gunungapi
2.
Efek kontak hanya
terjadi dengan batuan yang ditindih dibawahnya dan biasanya sudah teralterasi
oleh larutan hidrothermal yang berada didalam kawah atau kaldera gunungapi.
3.
Tekstur batuan
semakin kristalin ke bagian tubuh kubah. Pada bagian permukaan, tepi dan dasar
kubah dapat terjadi breksiasi karena pendingindan yang sang cepat (breksi
autoklastika)
4.
Pada bagian permukaan
kubah dijumpai struktur lubang dan rekahan yang berpola radier menjauh pusat
kubah. Pada bagian tengah kubah terbentuk aliran dan struktur kelompok atau
mengulit bawang
5.
Bila belum tererosi
pada permukaan kubah yang terbentuk didasar laut dapat terbentuk kerak kaca.
Aliran lava bantal dicirikan oleh beberapa
kenampakan (Bronto, 2004), antara lain:
1.
Bentuk memanjang agak
membulat, seperti bantal guling yang sekaligus menunjukan struktur aliran.
2.
Dibagian permukaan
tubuh aliran terdapat kulit kaca/kerak kaca sedang kearah tengah semakin banyak
kristal atau paling tidak bertekstur afanitik. Dalam beberapa hal, dibagian
permukaan berkembang breksi autoklastik
3.
Struktur rekahan dan
aliran terdapat dipermukaan sedangkan dari penampang terlihat struktur
konsentris dan rekahan radier
4.
Batuan umumnya berkomposisi
basalt.
Pada
tubuh aliran lava sering dijumpai sejumlah lubang yang beragam bentuk dan
ukurannya. Lubang-lubang tersebut adalah bekas gas yang terlarut dalam magma
(lava) yang kemudian menguap bersamaan dengan membekunya cairan tersebut.
Lubang tersebut dinamakan vesikuler ini akan banyak ditemukan di bagian
permukaan, sementara ke arah lebih dalam jumlahnya menjadi berkurang. Struktur
vesikuler ini juga akan banyak membantu dalam menentukan batas antar aliran
lava, yaitu apabila pada suatu daerah ditemukan lapisan-lapisan lava yang
dihasilkan dari waktu yang berbeda.
Lava
yang dihasilkan dari erupsi efusif ini akan menghasilkan lava dengan
bermacam-macam jenis berdasarkan ukuran, bentuk, serta kenampakan permukaan dan
didalam lavanya sendiri. Sesuai dengan komposisinya, aliran lava di permukaan
bumi akan membentuk struktur permukan yang khas. Lava basalan yang mempunyai
permukaan kasar dan terkeratkan (fragmental)
dikenal sebagai lava aa. Sedang lava andesitan yang mempunyai permukaan terbongkah-bongkah
menyudut (angular block) disebut
dengan lava bongkah. Jenis kekar yang sering dijumapi pada lava antara lain
kekar mengolom (columnar joint, columnar
structure, prismatic joint, prismatic structure), dimana kekar-kekar
tersebut akan memecah batuan menjadi kolom-kolom prismatik segienam. Sedang
kekar-kekar tak beraturan akan menghancurkan batuan menjadi bongkah-bongkah
bersegi banyak (polygonal block).
Lava yang berbentuk seperti tali disebut lava tali (ropy lava).
B.
Batuan klastika gunungapi
Batuan klastika gunungapi adalah batuan gunungapi
yang bertekstur klastika (disarikan dari: Fisher, 1961; Fisher 1966, Fisher dan
Smith, 1991; Pettijohn, 1975; Walker dan James, 1992; Mathisen & McPherson,
1991 dalam Bronto, 2004). Secara deskripsi, terutama tekstur (bentuk dan ukuran
butir), batuan klastika gunungapi dapat berupa breksi gunungapi (volcanic breccias), konglomerat
gunungapi (volcanic conglomerate),
batupasir gunungapi (volcanic sandstones),
batulanau gunungapi (volcanic siltstones)
dan batulempung gunungapi (volcanic
claystones). Perlu ditegaskan disini bahwa penggunaan kata pasir, lanau dan
lempung hanyalah untuk menunjukan ukuran butir, atau tidak secara langsung
mencerminkan sebagai batuan sedimen epiklastika. Nama-nama tersebut dapat ditambah
dengan parameter warna, struktur dan atau komposisi tergantung aspek mana yang
menonjol dan mudah dikenali.
Berdasarakan asal-usul proses fragmentasi dan
genesanya maka batuan klastika gunungapi dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu:
batuan autoklastika, batuan piroklastika, batuan kataklastika, batuan
epiklastika (Bronto, 2004).
Batuan autoklastika (breksi autoklastika/autoclastica breccias) yaitu lava
koheren yang karena pendinginan yang sangat cepat dan bersentuhan dengan batuan
dasar atau batuan samping yang dingin sehingga terjadi fragmentasi di bagian
tepi atau luar dari tubuh magma/lava tersebut, baik sebagai intrusi dangkal
maupun batuan beku luar.
Berhubungan yang sering dijumpai adalah fragmentasi
berukuran kasar dan berbentuk meruncing maka batuannya disebut breksi
autoklastika. Ciri-ciri batuan ini bertekstur klastika tetapi komposisi fragmen
dan matriks relatif homogen, berupa batuan beku berasal dari magma yang sama.
Batuan piroklastik yaitu batuan gunungapi bertekstur
klastika sebagai hasil letusan gunungapi dan langsung dari magma pijar.
Sebanding dengan batuan piroklastika adalah hidroklastika, yakni batuan
gunungapi bertekstur klastika sebagai hasil letusan uap air (letusan freatik,
hidrothermal) yang membongkar batuan tua diatasnya.
Uap air berasal dari bawah tanah bercampur dengan
uap magma yang terpancarkan, namun dalam hal-hal tertentu uap air itu berasal
dari air permukaan (air hujan, sungai, danau, es atau air laut).
Dalam hal ini bahan padat atau cairan dari magma
tidak ikut terlontarkan. Letusan transisi diantara letusan magmatik dengan
letusan freatik adalah letusan freatomagmatik.
Berdasarkan proses pembentukannya batuan
piroklastika maupun hidroklastika dapat dibagi menjadi 3.
1.
Endapan piroklastika
jatuhan (pyroclastic falls), Batuan
jatuhan piroklastika (kadang-kadang disebut juga batuan piroklastika jatuhan), merupakan
hasil endapan ekplosif dari gunung api yang diendapkan melalui udara jatuh atau mengendap berdasarkan gaya beratnya
sendiri atau secara gravitasi.
Ciri-ciri:
Memperlihatkan struktur butiran bersusun dan endapan berlapis naik.
2.
Endapan piroklastika aliran
(pyroclastic flows), merupakan
endapan piroklastik yang mana material langsung teronggokan di suatu tempat.
Ciri-ciri:
Sebarannya sangat dipengaruhi oleh morfologi, Batas bawah dibatasi oleh area
dan pada bagian atasnya relative datar dan umumnya mempunyai struktur masif.
3.
Endapan piroklastika seruakan
(pyroclastic surges), merupakan
endapan piroklastik yang berasal dari suatu awan panas dengan kepadatan rendah,
campuran dari unsure-unsur padat, uap air, gas yang bergolak di atas permukaan
dengan kecepatan tinggi.
Ciri-ciri:
Perlapisan yang baik, adanya penjajaran butiran pipih dan adanya perlapisan
bergelombang.
Pada saat ini dikenal
pyroclastic density current yang
merupakan gabungan antara pyroclastic
flows dan pyroclastic surges (deskripsi
ciri-ciri batuan piroklastika ini dapat dilihat di Bronto, 2004).
No comments:
Post a Comment